Oleh
Sigit Rahmanto Dkk
Abstrak
India merupakan
kawasan dimana kebudayaan serta agama Hindu dan Budhanya berkembang pesat. Biasa
dibilang bahwa di India adalah cikal bakal adanya agama Hindu Budha. Hal ini
mempunyai pengaruh besar bukan hanya di India namun juga di kawasan Asia
Tenggara maupun Asia Timur. Untuk saat ini India merupakan negara yang
mempunyai luas wilayah nomer tujuh di dunia dan nomer dua untuk jumlah
penduduknya. India semula di kuasai oleh
Bangsa Dravida. Namun sejak kedatangan Bangsa Arya yang berhasil merebut
wilayah India bagian Utara, Bangsa Dravida lari ke India bagian Selatan
(didaerah Dekhan). Bangsa India yang berada di bagian utara mendirikan
kerajaan-kerajaan Hindu. Sehingga agama Hindu dibawa oleh bangsa Arya. Hindu di
bawa oleh pendatang bangsa Arya (Bharata) abad XV SM (Soepratigyo, 1994:21).
Kata Kunci:
India, Magadha, Ashoka
A. Awal Terbentuknya Kerajaan Magadha
Pada abad ke VII SM, di India bagian Utara
berdiri kerajaan yang sering disebut dengan Kerajaan Arya. Hal ini diduga
karena didominasi oleh budaya yang
dibawa oleh bangsa Arya setelah bangsa Dravida terusir ke kawasan Asia Selatan. Zaman Aryalah yang
menyaksikan lahirnya kerajaan-kerajaan yang ada di India. Karena pada saat itu
bangsa Arya yang menguasai India bagian
Utara India dengan membawa agama Hindhu.
Di India bagian utara telah berdiri kerajaan seperti Gandhara, Kosala,
Kasi, dan Magadha. Tetapi yang paling terkemuka ialah Kerajaan Magadha (Suwarno, 2012: 37). Magadha didirikan oleh Dinasti Sisunaga
sekitar tahun 642 SM, ibukotanya berada di Giripraja atau Rajgir. Dalam kerajaan
Magadha didirikan oleh sekitar 5 Dinasti yaitu :
1. Dinasati Sisunaga, memerintah
642-413 SM
2. Dinasti Nanda, memerintah 413-322 SM
3. Dinasti Maurya, memerintah 322-185 SM
4. Dinasti Sunga, memerintah 185-75 SM
5. Dinasti Kanva, memerintah 75-28 SM
Dibangun oleh Dinasti Sisunaga dan runtuh pada Dinasti Kanva, dan
terkenal, berkuasa serta menjadi kejayaan bagi kerajaan Magadha yaitu pada
Dinasti Maurya. Pada dinasti Sisunaga (pendiri awalnya ) paling terkenal yaitu
Raja Bimbisara anak dari Raja Sisunaga. Pada Dinasti Nanda terdapat sembilan
raja, namun dalam dinasti ini tidak begitu banyak nama raja yang diketahui
bahkan hampir tidak ada yang mengetahui. Salah seorang keturunan raja Nanda dan
pernah menjabat sebagai menteri di kerajaan Magadha, Mahapadma Nanda berhasil
membunuh salah seorang keturunan Bimbisara dan menggantikan tahta kekuasaannya[1].
Berkuasa sekitar hampir selama satu abad, pada waktu itu juga terdapat
penyerbuan Iskandar Agung ke lembah Indus, Magadha berada dibawah
pemerintahannya Raja Nanda yang amat besar kekuasaannya (Su’ud, 1988: 138).
Yang ketiga yaitu Dinasti Maurya yang mana paling terkenal adalah raja
pertama dinasti ini yaitu Candragupta dan Raja Asoka. Ibukota kerajaan ini juga
berpindah-pindah karena pemimpinnya yang berpindah-pindah. Ibukota kerajaan
Magadha di masa Candragupta ada di Pathiputra atau seperti orang Yunani
menyebutkanya adalah Polibotra (Su’ud, 1988: 141). Dinasti Sunghadinasti
keempat, dan dinasti terakhir yaitu dinasti Kanva. Dinasti yang membawa
kerajaan Magadha mengalami keruntuhan dan digantikan kerajaan lain yaitu
kerajaan Andhra.
B.Dinasti-Dinasti
Pemimpin Kerajaan Magadha
1. Dinasti
Sisunaga
Dinasti Sisunaga
memerintah Kerajaan Magadha kurang lebih 540-490 SM dengan 5 orang raja yang
memerintah. Dengan urutan sebagai berikut, Sisunaga (Pendiri Kerajaan Magadha)
(Sekitar 642 SM), Bimbisara (540-490 SM), Ajatasatru (490- 459 SM), Darsaka(458-
435 SM), dan Udaya (435- 413 SM).
Diantara kelima
raja tersebut, Bimbisara (anak Sisunaga) merupakan raja yang terkenal karena
berhasil memperluas wilayah hingga Kerajaan Kosala dan Vaisali (Suwarno, 2012:
37). Raja Bimbisara kemudian digantikan oleh anaknya Ajatasatru (490-459 SM).
Dalam masa pemerintahnya, agama Buddha dan Jain saling bersaing untuk
merebutkan pengaruh di istana Kerajaan Magadha. Jainlah yang berhasil menarik
perhatian raja Ajatasatru.
Dalam masa
Ajatasatru Ibu Kota Kerajaan Magadha dipindahkan ke Pataliputra tepi Sungai
Gangga yang semulanya beribukota di Giripraja. Kemudian dilanjutkan Darsaka
yang memerintah tahun 458- 435 SM. Setelah Darsaka berhenti memerintah,
Pemerintahan digantikan oleh puteranya Udaya, yang merupakan cucu dari
Ajatasatru.
Pada masa
pemerintahan Udaya,seorang Raja Imperium Persia yakni Darius Hustapes yang
sedang memperluaskan wilayah ke India. Darius Hutapes lewat gerakan militernya
berhasil menaklukan daerah Sind dan Punjab bagian barat (Umar, 2013). Pada 413
SM, dinasti Sisunaga dikalahkan oleh seorang menterinya yang bernama Mahapadma
Nanda. Dimana menteri tersebut berhasil mendirikan Dinasti Nanda.
2. Dinasti
Nanda
Dinasti
Nanda memerintah kerajaan Magadha sekitar satu abad lamanya (413- 322 SM).
Pemerintahan Nanda dipimpin 9 orang raja. Dinasti ini kurang disukai oleh
rakyat pada waktu itu karena dianggap memberatkan rakyat, misalnya saja
kewajiban membayar pajak yang tinggi (Suwarno, 2012: 39). Pada tahun 326- 5 SM terjadi
beberepa pemberontakan sehingga memnunculkan seorang pemuda yang bernama
Candragupta Maurya. Candragupta Maurya berhasil merebut kekuasaan Dinasti Nanda
dan berhasil menancapkan kekuasaan Kerajaan Magadha di bawah Dinasti Maurya.
3. Dinasti
Muarya
Pada masa dinasti Maurya merupakan dinasti yang
mampu membawa India pada masa kejayaannya. Pada 322 SM Chandrgupta naik tahta
dari hasil kudeta yang di pimpin dari kekuasaan dinasti Nanda. Hal
penting yang patut dicatat pada masa Chandragupta adalah persinggungan India
dengan bangsa asing, tepatnya kekaisran Macedonia yang dipimpin oleh pemimpin
agung Alexander the great (Iskandar
Zulkarnain). Peristiwa ini berlangsung dua tahun sebelum Chandragupta naik
tahta.
Kedatangan Macedonia tidak hanya mempunyai maksud politis
saja tetapi juga misi penyebaran budaya barat ke daerah timur (Ridwan, 2012).
Beberapa sumber mengatakan bahwa ekspansi Alexander
the great tidak mempunyai motif politik sama sekali, karena pasukan
Macedonia hanya lewat saja dan tidak meneruskan penyerangan kearah timur, dan
bahkan mereka kembali lagi ke barat (Eropa).
Selain itu, hal menarik yang perlu dikaji pada masa
Ashoka adalah berkembangnya agama Budha. Pada tahun 261 SM Asoka bertekat untuk
membulatkan kerajaan dengan jalan menaklukkan Kalingga atau Orissa yang
terletak di teluk Benggala dan merupakan negara merdeka yang belum di kuasai
oleh negara lain. Dan dalam pertempuran perebutan wialyah itu, menurut yang
tercatat pada pertilisan maupun batu karang yang di keluarkan oleh Asoka, di
katakana bahwa 125 orang di tawan, 100.000 orang mati terbunuh dan berlipat
ganda dari semua itu musnah (Wendika, 2011) .
Tindakan yang di lakukan Asoka tersebut telah membuat
proses pemersatuan India itu meruapkan ambisi dari sang raja yang ingin
berkuasa dengan segala kekejaman. Hingga pada suatu saat sang raja terpengaruh
oleh kebijaksanaan seorang pendeta agama Budha yang bernama Upagupta sehingga
raja berubah menjadi orang bijak serta belas kasihan terhadap sesama. Asoka
memasuki salah satu aliran Budha dan menjadi seorang biksu serta bertekat
mengembangkan ajaran Budha ke seluruh penjuru daerah kekuasaannya. Padahal
nenek moyang Ashoka adalah penganut setia Hindu.
Ia adalah satu-satunya raja yang sangat berperan
atas berkembangnya Agama Budha. Dia seakan-akan melawan nenek moyangnya yang
selalu menjadikan Agama Hindu sebagai alat untuk melegitimasi kekuasaannya.
Namun pada akhirnya eksistensi Budha berhasil disingkirkan karena banyaknya
aliran yang menolak Budha, terutama dari kalangan Brahmana (Andani, 2013).
Puncaknya adalah kematian raja terakhir dinasti Maurya, Buhadratha, di tangan
Sungha pada 185 SM.
4. Dinasti
Sungha
Dapat
dikatakan bahwa Dinasti Sungha adalah aktor yang berperan penting dalam mengembalikan
keberadaan Agama Hindu yang sempat tenggelam pada masa raja Ashoka, dengan
keberhasilannya membunuh Buhadratha tahun 185 SM (Andani,
2013). Mulai saat itu
sampai tahun 1875, Sungha dan keturunannya berhasil menguasai Maghada. Seperti
yang telah disinggung, bahwa Sungha kembali memberi angin segar kepada pemeluk
Hindu dan khususnya Brahmana untuk kembali mengembangkan Agama Hindu.
5. Dinasti Kanva
Raja
Sunga menjadi tidak berkuasa lagi di bawah pengaruh menterinya, Vasudeva, yang
akhirnya membunuh raja dan menggantikannya (73 SM). Keturunannya bernama Raja
Kanva. Raja Kanva memerintah selama 45 tahun saja dan digantikan oleh Raja
Andhra, yang mempunyai 30 turunan, memerintah hampir 250 tahun lamanya, sampai
tahun 225 Masehi.
C.
Keruntuhan Dinasti Maurya
Dalam proses
keruntuhannya Dinasti Muarya memiliki sejarah yang dramatis, dikenal sebagai
dinasti yang membawa Kerajaan Magadha pada masa kejayaan dengan melakukan
perluasan kekuasaan hingga hamper menyatukan india melalui peperangannya.
Sampai mengalami kemerosotan yang sangat drastic. Ada beberapa faktor yang menarik mengenai runtuhnya
Dinasti Maurya, yang akan di bahas sebagai berikut.
1. Pembagian Kekaisaran Maurya
Penyebab
langsung pada penurunan tersebut adalahpembagian dari Kekaisaran Maurya menjadi dua
bagian, seperti yang dibahas sebelumnya. "Seandainya
pembagian
tidak terjadi, invasi Yunani dari
Barat Laut bisa saja dibendung untuk sementara waktu. pembagian kerajaan juga mengganggu berbagai layanan.”
2. Lemahnya Penguasa Maurya Setelah Asoka
Suksesi
penguasa Maurya yang lemah setelah Asoka benar-benar mengganggu
administrasi Maurya. Lemahnya penguasa ini dapat dibayangkan dari kenyataan bahwa sebanyak enam
penguasa bisa memerintah dalam kurun waktu 52 tahun Kekaisaran dan akhirnya raja
Maurya yang
terakhir dibunuh oleh Panglimanya sendiri Pusyamitra Sungha yang kemudian naik tahta dan mengawali
kekuasaan Dinasti Sungha.
3. Asoka Bertanggungjawab dalam Kemunduran
ini
Banyak sarjana menuduh Asoka sebagai penanggung jawab atas
penurunan Dinasti Maurya. HC Raychaudhuri
menyatakan bahwa kebijakan pasifis Asoka bertanggung jawab karena menghambat
kekuatan kekaisaran. Dia
mengatakan: "Dari waktu Bimbisara perang Kalinga sejarah India adalah
kisah perluasan Magadha dari negara kecil di Bihar Selatan ke kerajaan raksasa
membentang dari kaki Hindukush ke perbatasan negara Tamil.
Setelah perang Kalinga terjadi periode stagnasi
pada akhir yang proses dibalik. Kekaisaran
secara bertahap menyusut luasnya sampai tenggelam ke posisi yang Bimbisara dan
para penerusnya telah dibangkitkan itu. "
Namun, pandangan Raychaudhuri itu tampaknya
tidak dapat dipertahankan, karena Asoka tidak berpaling pasifis lengkap setelah
perang Kalinga mengingat fakta bahwa ia tidak demobilisasi tentara Maurya atau
menghapuskan hukuman mati. Asoka
hanya menyerah kebijakan imperialis dan berkhotbah non-kekerasan setelah perang
Kalinga. Pasifisme praktis
seperti tidak bisa bertanggung jawab atas penurunan Kekaisaran Maurya.
Harprasad Sastri memegang pandangan bahwa
penurunan Kekaisaran Maurya adalah hasil dari pemberontakan brahmanis karena
larangan pengorbanan hewan dan merusak prestise Brahmana dengan "mengekspos mereka
sebagai dewa-dewa palsu". Tapi pandangan Sastri hanyalah hipotetis karena
pertama, Brahmanisme sendiri menekankan non-kekerasan dan kedua, Asoka hanya
melarang penyembelihan hewan tidak perlu tertentu dan pada hari-hari
keberuntungan tertentu. Kemudian
lagi sering permintaan Asoka dalam piagam-piagam nya untuk hormat untuk
Brahmana dan Sramanas hampir menunjuk ke keberadaannya anti-Brahmana-manical
dalam pandangan.
4. Tekanan Pada Ekonomi Maurya
D.D. Kosambi
berpendapat bahwa telah terjadi tekanan terhadap perekonomian Maurya. Dapat
dilihat dari tingginya pajak yang ditarik serta melemahnya perdagangan.
5. Administrasi yang sangat terpusat
Prof Romila Thapar berpandangan: "sistem
administrasi Maurya begitu terpusat yang memungkinkan penguasa mampu menggunakannya baik
untuk keuntungan pribadi maupun kepentingan Kerajaan Magadha sendiri, pada tingkat
yang sama itu bisa menjadi berbahaya bila penguasa yang lemah mendapat kehilangan
kontrol pusat dan memungkinkan terjadi
kehancuran dimana-mana.
Melemahnya pusat kontrol di bawah Maurya
kemudian menyebabkan melemahnya
administrasi secara otomatis. Pembagian kekuasaan setelah kematian
Asoka telah memberikan pukulan lebih lanjut kepada pemerintah Maurya yang terpusat di bawah
penguasa yang lemah, yang mengarah ke penurunan dan disintegrasi Kekuasaan Maurya.
Faktor lain yang
memberikan kontribusi terhadap penurunan Dinasti Muarya telah digambarkan dalam
pemberontakan kaum brahmanis terhadap kelompok kebijakan Pro-Budhis Asoka serta
para pengikutnya. Pemberontakan rakyat terhadap pemerintahan Maurya setelah
kematian Asoka.(writer. 2011)
D.
PENINGGALAN-PENINGGALAN
PADA MASA KERAJAAN MAGADHA
Orang-orang
India pada masa itu meninggalan seni seperti membuat patung, kuil, namun
peninggalan-peninggalan itu tidak ada lagi. Orang-orang ahli mengatakan adanya
peninggalan-peninggalan seni tersebut seperti patung, kuil itu banyak dibuat
pada masa Kerajaan Magadha terutama Dinasti Maurya, raja Asoka yang mana ukiran
serta pahatan-pahatannya berkembang dan mempunyai mutu yang tinggi. Namun
perkembangan itu tidak begitu terang, dikarenakan menurut para ahli bahwa
hasil-hasil seni tersebut terbuat dari kayu ataupun bahan bahan yang tidak awet
sehingga peninggalan-peninggalan itu tidak berbekas lagi. Selain itu para ahli
menemukan hal-hal yang aneh akan hilangnya peninggalan-peninggalan tersebut,
namun para ahli tidak berani untuk mengambil kesimpulan.
Dalam
dinasti Maurya yang dipakai dalam hasil karyanya bukan hanya menggunakan satu
aliran saja melainkan ada dua yaitu yang satu ternyata sangat dipengaruhi oleh
oleh seni Hellenis Persia dan satu lagi rupa-rupanya seni india asli (Sari,
1995:71
Pada
dinasti Maurya terutama Raja Asoka, bayak didirikan stuppa, sekitar 84.000
buah, berfungsi untuk menyimpan peninggalan-peninggalan keramat Cri Budha dan
peninggalan orang keramat yang lain-lainya. Selain juga mendirikan tugu-tugu
batu yang ditulisi dengan maklumat-maklumat mengenai agama dan mengenai hal-hal
yang berlaku sebagai tanda peringatan. Namun stuppa-stuppa yang didirikan sudah
hampir lenyap, tetapi tugu-tugu Asoka masih ada sekitar 35 buah yang ditemukan
orang.
Tugu
batu
Tugu batu tingginya antara 10-15 m. Batang tugu itu
terdiri dari satu batu saja, yang di upam sangat halus. Seni upam ini berasal
dari negeri Persia. Di atas batang tugu terdapat pula sebuah batu besar, yang
dinamakan kapital. Kapital tersebut terdiri dari tiga bagian. Bagian bawah
disebut lonceng yang sebenarnya menyerupai bentuk bunga teratai yang terbalik.
Di atas bunga teratai itu terdapat sebuah lempeng batu yang berlaku sebagai
alas patung (yaitu untuk bentuk atasnya).
Abakus
Lempeng batu atau abakus seringkali diukir dengan gambar
binatang-binatang, seperti gajah, lembu jantan, kuda, dan singa, yang semuanya
mempunyai arti kiasan. Pada tiang-tiang Asoka yang lebih kemudian didirikan
patung binatang di atas abakus itu kadang-kadang lebih dari seekor. Seringkali
di atas patung atau roda yang mendatar, yang bekasnya masih ada pada sebuah
tiang yang termashur, yaitu "Tugu empat dari kapitel".
Binatang-binatang
sebagai lambang
Gajah diartikan masa hamil ibu sri Buddha, singa berarti melambangankan
sri Buddha di masa mudanya yang sangat kuat dan tegap badannya, kuda berarti
pengabaian besar, lembu jantan berarti kelahiran. Terdapat juga tulisan yang
juga dipakai kala itu. Berdasarkan sumber, tulisan yang dipakai pada masa Asoka
ialah tulisan Karoshthi yang berasal dari luar India melalui Persia. Bentuk
hurufnnya sangat baik sekali dan pada umumnya dipahatkan ke dalam batu.
Gambar Patung Singa Ashoka (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:AshokaColumn.jpg&filetimestamp=20050517201900&)
KESIMPULAN
Di India bagian utara berdiri kerajaan-kerajaan
Hindu yaitu Gandhara, Kosala, Kasi, dan Magadha. Tetapi yang paling terkenal
adalan Kerajaan Magadha didirikan pada abad VII M. Kerajaan Magadha didirikan oleh Dinasti
Sisunaga. Kerajaan ini diperintah oleh lima dinasti yaitu: Dinasti Sisunaga,
Dinasti Nanda, Dinasti Maurya, Dinasti Sunga, dan Dinasti Kanva. Kerajaan
Magadha mengalami puncak kejayaan pada masa Dinasti Maurya, tepatnya pada masa
kepimimpinan Raja Asoka. Namun ketika sepeninggal Raja Asoka, Dinasti Maurya
termasuk Kerajaan Magadha mengalami kemunduran. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi keruntuhan Kerajaan Magadha, antara lain :
1. Pembagian
kekaisaran Maurya
2. Lemahnya
penguasa Maurya setelah sepeninggal Asoka
3. Asoka
bertanggungjawab atas kemunduran Kerajaan Magadha
4.
Tekanan pada Ekonomi
Maurya
5. Administrasi yang sangat terpusat.
DAFTAR RUJUKAN
Andani, Sari. 2013. Kebudayaan Harappa Peradaban India Kuno.
(Online). (http://sariandani.multiply.com/journal/item/2013/Kebudayaan_Harappa_Peradaban_India_Kuno_).
Diakses pada tanggal 23 September 2013.
Ridwan,
Zein. 2012. Periodesasi Sejarah Agama
Hindhu Zaman. (http://zeinridwan.blogspot.com/2012/12/periodesasi-sejarah-agama-hindu-zaman.html).
Diakses pada tanggal 24 September 2013.
Sari,Anwar.1995.Sejarah Kebudayaan India Kuno. Malang: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang.
Soepratignyo. 1994. Sejarah Negara-Negara Asia Selatan Abad X-XX M. Malang: Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan.
Su’ud,
Abu. 1988. Memahami Sejarah Bangsa-Bangsa Di Asia Selatan
(Sejak Masa Purba Sampai Masa Kedatangan Islam).
Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Suwarno. 2012. Dinamika Sejarah Asia Selatan. Yogyakarta: Ombak.
Umar.
2013. Zaman Sesusah Veda, (online),
(http;//Sejarah Asia Selatan (Part.3) _ Umar Hadikusmah Official
Site_files/Sejarah Asia Selatan (Part.3) _ Umar Hadikusmah Official Site.htm).
diakses tanggal 26 September 2013.
Wendika,
20011. Dinasti Muarya. (Online).
(http://cemekam.blogspot.com/2011/03/dinasti-maurya.html). Diakses pada tanggal
23 September 2013.
Writer. 2011. What were the causes for the decline of the Mauryan Empire?
)
diakses tanggal 20 September 2013
[1] Dikutip
dari (http;//sejarah
asia selatan ibu yuliati/Sejarah Asia Selatan (Part.3) _ Umar Hadikusmah
Official Site_files/Sejarah Asia Selatan (Part.3) _ Umar Hadikusmah Official
Site.htm), diakses tanggal 26 September 2013.
everything is complete
ReplyDelete